ASSALAMMUALAIKUM

Minggu, 07 Oktober 2012

Tentang Masa Depan Tentang Harapan Tentang Ketidakmungkinan

Aku menghabiskan kuranglebih 2 jam terakhir berkutat bersama si merahmeriah (laptop) dan segelas energen. Setelah basa-basi menulis sesuatu di twitter, aku lanjutkan dengan kembali menyelidiki calon-calon masa depanku. Yah... sampai sekarang masih juga batinku terusik akan dua pilihan tentang masa depan. Dua pilihan yang sangat bertolak belakang. Dua pilihan antara mimpi dan kenyataan. Dua pilihan yang erat berhubungan dengan Rika. Dua pilihan yang adalah Komunikasi dan Kedokteran. 

Beberapa kali mungkin aku membahas dua pilihan ini, baik di blog ataupun jejaring sosial lainnya. Dan hari ini, baru saja, aku mencari segala hal yang berhubungan dengan dua pilihan itu. 

Aku membaca beberapa blog lulusan komunikasi UI dan Unpad (dua universitas yang hot di komunikasi). Ya, tulisan kakak-kakak itu menarik, memotivasi, dan membakar semangatku. Tapi sekaligus melemparku kembali menginjak bumi, terbangun dari mimpiku yang 'sangat muluk' tentang masa depanku sebagai jurnalis. Aku mulai merasa masuk Kom UI ataupun UNPAD bukan sesuatu yang mudah seperti apa yang kubayangkan. Banyak sekali yang harus aku miliki dan sayangnya tidak kumiliki. Salah satunya adalah : keberanian. Ya... Jujur sekarang aku tak memiliki keberanian untuk mencoba. Aneh rasanya tiba-tiba berubah menjadi orang pesimis yang jujur saja, baru kali ini aku merasakan rasa pesimis setragis ini. Alasannya :
1. Mereka yang kubaca blognya, yang berhasil masuk Komunikasi UI (tujuan utamaku) adalah anak IPS. Oh Allah. Ini yang tak bisa kuubah. Masuk jurusan IPA dengan keyakinan 'kelak akan menjadi dokter spesialis kandungan' ternyata menjerumuskanku terkurung dalam jebakan sincostan. Dan ketika ada kesempatan keluar (masuk komunikasi) tiba-tiba saja peraturan pemerintah tentang SNMPTN Undangan mencengkeramku kembali dan mengunci jalan keluar dari IPA. Allahuma. 
2. Mereka yang kubaca blognya memang hebat di bidang jurnalistik. Bisa dibilang mereka bukan orang yang 'main-main'. Ada salah seorang yang menjadi wakil pimred di majalah pada masa SMAnya, Juara menulis cerpen, ketua tabloid sekolah, dan sebagainya. Sedangkan aku? WHO THE HELL AM I? 
3. Orang tua yang terus memberikan dorongan mengambil kedokteran. 
4. Kalaupun aku masuk kedokteran, aku tak yakin akan sanggup menjalani segala kewajiban menjalankan kuliahku. Pada dasarnya aku suka biologi, tapi tak secinta 'berbicara di depan umum'. Ingin rasanya mengabdikan diri seperti ibu yang seorang bidan. Ingin. Tapi banyak sekali ego masa muda yang ingin juga kuraih, salah satunya : jurnalis. Hah. Lelah.

Jujur saja. Sekarang. Sekarang adalah masa terlemahku. Besok UTS dan sekarang hatiku tengah hancur terhantam pikiran-pikiran tentang masa depan tentang harapan tentang ketidakmungkinan. Ingin rasanya aku lari jauh dari negri ini. Dari sistem yang membuatku benar-benar lemah, putus asa.