ASSALAMMUALAIKUM

Minggu, 27 Januari 2013

One Day No Rice

Jarak dan Kita

merajuk meraung terbawa sendu
rindu...kamu...
gunungan kata ingin terucap
namun asa, raga tak kunjung siap

jarak.................
kita.................
perpaduan keparat
jarak................
kita.................
harusnya tamat

aku lelah menahan rindu
aku payah membungkam pilu
karena aku hanyalah abu
yang turut bersama debu
rapuh....rindu....mencintaimu

Jumat, 25 Januari 2013

Janji Kelingking

bicara tentang dunia
bersajak tentang cinta
muncul ribuan tanya
mengapa kau ada dan kita bersama

dipenuhi cinta bagai kabut
bahagia, duka, selalu turut
kita dan cinta dulu terpaut

ini tentang sebuah janji
janji tentang cinta yang terasa abadi
janji kepada raga yang tertanam di hati
janjiku. janjimu. janji kelingking

kelingking yang pernah satu
kini tak lagi beradu
kita yang dulu rindu
kini bahkan enggan tuk bertemu

kelingking
beginikah hidup?
yang pernah terikat. sangat erat.
bisa tiba-tiba jauh penuh sekat

kelingking
beginikah cinta?
yang pernah terasa sangat besar
bisa tiba-tiba kecil. dan pudar

janji kelingkingku
sudah tak berlaku



Selasa, 22 Januari 2013

Tentang Pensil

Pensil

Kayu kecil panjang dan punya sesuatu yang hitam di dalamnya. Pensil. Dari satu benda mungil bisa tercipta ribuan karya. Kata, gambar, cinta. Pensil. Terkadang, kita memerlukan lebih dari satu pensil untuk mengisi halaman-halaman kosong buku harian. Tapi ada kalanya kita hanya perlu satu pensil saja untuk memenuhi seuruh halaman kosong buku itu. Seperti aku. Aku punya sebuah buku yang setiap hari harus kuisi dengan warna-warni cerita hidupku. Untuk mengisi halaman kosong bukuku itu, aku perlu pensil. 

Pensilku, sudah berganti beberapa kali. Tak banyak pensil bagus yang sesuai dengan bukuku, hatiku. Beberapa dari mantan pensilku berakhir rusak, patah, hilang, atau diambil orang. Pensil-pensilku terdahulu telah mengisi beratus halaman bukuku yang lalu. Satu per satu pensilku dulu telah menorehkan banyak kata indah, ungkapan marah, kiasan rindu, keluhan pilu. Setiap pensil baru yang kumiliki selalu menjadi pensil terbaik di dunia. Mereka begitu lincah menari di atas halaman bukuku, mengisinya dengan kata, memori yang begitu indah. Hingga mereka lelah. Berhenti menari. Dan pergi. Ketika pensilku lelah, enyah, aku lemah. Halaman buku harianku harus tetap terisi ntah dengan apa. Karena itulah, aku butuh pensil. Pensil. 

Pensilku sekarang adalah pensil terbaik yang pernah aku miliki. Mungkin. Sekarang. Rasanya seperti itu. Banyak sekali pensil-pensil lain yang terlihat menawan. Tapi tidak ada yang terasa nyaman. Tidak ada, kecuali pensilku. Pensilku. Pensilku sekarang adalah pensil yang paling berbeda. Pensilku. Dia jauh. Pensilku. Terkadang ketika kubutuhkan, dia tak ada. Pensilku. Dia tak ada, tapi terasa nyata. Sangat nyata. Pensilku. Hampir 30 halaman bukuku telah terisi olehnya. Pensilku. Mengisi bukuku dengan ratusan cerita, ribuan bahagia, jutaan cinta. Meski terkadang juga tercipta beberapa pilu, sedikit cemburu, dan gunungan rindu. Pensilku. Aku pun tak tahu sampai kapan pensilku  yang sekarang akan bertahan. Kapan pensilku ini akan mulai lelah, kalah, dan enyah. Sebelum saat itu tiba, aku akan selalu berusaha menjaganya. Pensilku. Karena pensilku yang sekarang, mungkin akan terus mengisi halaman buku harianku hingga tak tersisa. Dengan bahagia, dengan cinta.

Pensilku. Kamu.