ASSALAMMUALAIKUM

Jumat, 09 Agustus 2013

feeling

Aku menyukai cerita. Baik bercerita maupun mendengar cerita, semacam bahagia untukku. Aku gemar menceritakan segala hal yang kualami dalam hidupku. Kepada siapa saja yang mau mendengarkan. Sekedar menceritakannya, akan membuat bahagiaku. 

Aku punya begitu banyak hal untuk diceritakan hari ini. Tapi ntah mengapa aku tak menemukan satupun orang yang tepat untuk kuceritai. Satupun. Bahkan seseorang yang kuharapkan akan selalu ada untuk mendengar. 

Akhirnya aku putuskan untuk menuliskannya saja. Sungguh aku bingung bagaimana agar tulisan ini bisa terbaca dan menimbulkan perasaan yang sama dengan ketika aku menceritakannya lewat lisan. HAH. Sungguh. Aku ingin bicara. Cerita. 

Hari ini aku mengalami hal yang membuatku ntah sedih, bersyukur, menyesal, kasihan, atau apa. 
Seseorang yang konon masih keluarga, mengunjungi kediamanku. Tujuan utamanya bertemu Bapak. Dia seorang lelaki paruh baya, sebut saja T. Pukul setengah sepuluh pagi T sampai di rumahku. Keadaan rumah kosong. Hanya ada aku dan adik-adikku. Suasana lebaran. Adikku menelfon Bapak dan Ibu agar segera pulang karena T datang. Ibuku pulang. Tapi bukan ibu yang dicari T. Ah. Aku tak bisa mendeskripsikan keadaan yang begitu asdfghjkl ini. Singkatnya T menunggu Bapak hingga 3 jam. Dan Bapak yang sedang ada di acara reuni tidak kunjung datang. Percayalah aku tidak akan menuliskan cerita ini kalau T tidak benar-benar membuatku merasa......bersalah. T menunggu bapakku dalam diam. Ibu pun tak bisa menemani T ngobrol karena T ini bisu. Rumahnya dari rumahku mungkin 60km. Naik motor, sendirian, tuna wicara. Menunggu 3 jam tanpa hasil. Dan kemudian pulang. Astaghfirrulloh. Sungguh aku ingin memarahi Bapak karena itu. Dua adikku sampai menitikkan air mata. hah.

Jadi siapa T?
Ibu bercerita. Dulu T adalah seorang sarjana peternakan. Insinyur. Ibunya adalah adik dari kakekku (Ayahnya Bapak). Dulu bapak tinggal di rumah T bersama T dan ibunya. Konon ibu T begitu baik. Bapakku sudah dianggap seperti anak sendiri, bahkan biaya kuliah pertama bapakku pun dibayarkan oleh ibu T. T ini juga sangat baik. Dulu T sering mengantar bapak kemana-mana dengan sepedanya. Dulu. Begitulah inti cerita sampai bapak bekerja dan lama tidak bertemu dengan T dan keluarganya. Ibu T meninggal muda karena kanker. Beberapa tahun setelah kehilangan kabar T, Bapakku mendengar bahwa T sekarang bisu. Konon T mengalami kecelakaan saat mengendarai sepeda favoritnya. Jatuh. Pita suaranya putus. Otaknya terganggu. Ia tidak bisa menulis, bahkan membedakan panci dan piring pun tak bisa. Ia lupa semuanya. Yang diingat hanya tempat kejadian kecelakaan dan jalan menuju kantor tempat Ia bekerja. Sungguh ini terjadi di kehidupan nyata. Hah. 

Aku.................................ntahlah. Aku tak tahu tepatnya apa yang kurasakan. Aku kecewa kepada Bapak. Tiga jam menunggu adalah hal yang paling mampu membuatku marah. Apalagi menunggu yang tak ada hasil. Ntahlah. 

Aku bersyukur kepada Allah untuk segala nikmat yang begitu............alhamdulillah.
Bisa mempunyai keluarga lengkap, sehat jasmani rohani, merdeka. ah. ntahlah. Begitu banyak hal untuk disyukuri. Aku berharap Allah menggolongkanku ke dalam golongan orang-orang yang selalu bersyukur. Tidak khufur nikmat. Semoga Allah selalu membuat segala dalam hidupku dan orang-orang lain indah.

No doubt. Kelak ketika aku sudah sukses......yaa.... setidaknya ada kelebihan rejeki yang bisa diperbantukan untuk orang lain, I promise I will help. HAH. Aku hanya ingin segera mengetahui akan jadi seperti apa aku kelak. Aku...........ingin sekali bukan hanya menangis mengalami hal seperti ini. I want to help. Aku ingin ada guna. HAH. GUNA. HAH. 

Dalam setiap doaku aku meminta agar Allah selalu membuatku ingat akan cita-citaku ini. 

Memeratakan nikmat hidup di Indonesia.