Aku lahir dan berdomisili di Indonesia. Negara yang dari
dulu sangat aku cinta. Negara yang telah sangat berjasa dalam hidupku di dunia.
Negara yang sampai sekarang masih bernama ‘Indonesia’.
Beberapa hari yang lalu, setelah sekian lama membutakan mata
dan menulikan telinga tentang kabar-kabar Indonesia, akhirnya aku nonton
berita.
Berita pertama ini sangat menyayat hati dan ironi.
Jadi ada
suatu daerah ‘yang aku lupa namanya’ di daerah Jawa Barat. Jarak daerah itu
dengan IBUKOTA NEGARA INDONESIA (JAKARTA) berbanding terbalik dengan KONDISI
KESEHATAN. Jadi di berita, dibilang kalau daerah itu belum ada PAM. Masyarakat
memanfaatkan aliran sungai yang ‘tidak terlalu’ deras untuk kegiatan
sehari-hari, seperti MandiCuciKakus. Jadi ketika ada seorang ibu yang sedang
mencuci piring, sekitar 200 meter sebelumya ada seorang anak sedang buang air
besar. SEE! Euh. Ini kawasan tidak jauh dari ibukota negara loh, Jawa Barat itu
provinsi yang wow juga loh. Masih ada kawasan seperti ini. Bagaimana dengan
kawasan-kawasan lain yang ribuan kilo jauhnya dari pusat pemerintahan???? Dan
yang lebih tragis lagi, di daerah itu ada poster PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT.
Poster aja bisa masuk kenapa air PAM ga dimasukin PAK BUK? Yah... Indonesia ku
masih ‘Indonesia’.
Berita kedua sangat membelalakkan mata, memekakkan telinga
dan refleks membuat aku marah-marah. Anas.
Jadi intinya ‘mereka’ yang sedang jadi pemimpin-pemimpin itu,
sekarang lagi gonjang-ganjing karena Anas Purbaningrum ‘katanya’ korupsi.
Kenapa gonjang-ganjing? Pada takut kebongkar kali~ entahlah. See! Masih adaloh masyarakat
makan dengan piring yang mungkin ada tinjanya, nah PAK BUK yang ‘pemimpin’ itu
malah tuduh-tuduhan siapa yang morotin uang negara. DUNIA. INDONESIA.
PAK BUK yang sekarang jadi pemimpin dan terlilit kasus
korupsi itu pasti dulunya punya niat dan cita-cita mulia untuk Indonesia.
Pasti. Tapi memang, ‘kebanyakan’ pemimpin lupa niat awalnya ketika telah ‘memimpin’.
Ada teman, tadi sore bilang “Di Indonesia Koruptor ‘ditanggap’,
kalo negara lain mah dihukum mati”. Aku berpikir kemudian, nah kalo di
Indonesia koruptor dihukum mati, siapa aja dong yang hidup? Orang dari kecil
kebiasaan korupsi udah ada. Contohnya yah... jam belajar dipake ngetweet. Korup
sekali. Seperti siapa? Lupakan.
Kembali ke berita.
Intinya setelah berita itu, aku marah-marah sendiri. Kecewa
sama ‘sistem’nya Indonesia. Kecewa sama PAK BUK yang sekarang sedang dipercaya
jadi pemimpin. Di dalam hati makin bulat tekad ingin jadi seorang dokter yang
punya suami kaya raya. Kelak ketika aku kaya raya, aku tidak akan membuang
uangku untuk kampanye kanan kiri minta dipilih jadi ‘pemimpin’. Suamiku juga
tidak. Jika ada rezeki lebih, langsung sajalah membantu yang butuh. Dokter
Gratis! Bismillah.
Ketika kamu menemukan masalah, kamu punya ide untuk solusinya, tapi kamu tidak punya 'daya' untuk mewujudkan idemu itu, mulailah dari hal kecil. Tunjukkan pada sekelilingmu bahwa hipotesamu tentang solusi yang akan menyelesaikan masalah itu bisa diterapkan dan akan berhasil. Melakukannya mungkin tidak seringan mengetikkannya, tapi bukan berarti tidak bisa dilakukan. Bukankah kejadian selalu berawal dari angan-angan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar