Bersama rintik hujan yang mulai basahi tanah Kota Kediri, air mataku pun tak terbendung akhirnya. Perlahan tapi pasti basahi pipiku yang ntah semerah apa sekarang. Hiperbola mungkin jika kutulis hatiku hancur, lebur, berpuing-puing tak berbentuk. Tapi percayalah, kiasan-kiasan itu tidak bisa mewakili rasaku yang sesungguhnya. Jauh lebih hancur, jauh lebih lebur, jauh lebih berpuing-puing. Totally broken.
Dua tahun jika dihitung perharinya, mungkin begitu singkat. Namun berbanding tegak lurus dengan rasanya, dalam dua tahun itu aku punya bergunung kenangan yang sampai kapan pun rasanya tak mungkin terlupakan.
Ini tentang aku dan dia. Dia yang aku curigai jodohku, dia yang selalu aku anggap 'once in a life time'ku, dia yang selalu aku jadikan trobosan pertama curahan hatiku, dia yang selalu membuatku merasa termiliki, dia yang mengisi masa SMAku. Dia. Patria.
Ini tentang kebodohanku dan kekanak-kanakanku yang memintanya melepasku. Padahal saat aku meminta, aku tak yakin aku sendiri mampu melepaskannya.
Ini tentang kita berdua yang mungkin benar-benar telah berakhir. Ini tentang perasaanku yang memang sampai saat kutulis posting ini masih sama besarnya untuknya. Masih sama cintanya. Masih sama. Namun mungkin dia tidak. Atau jika orang bilang dia masih sama mencintaiku. Aku tak melihat buktinya. Kusimpulkan saja, rasanya padaku sudah berbeda.
Dia yang kini sedang tertawa bersama teman-temannya. Sedangkan aku menangis di depan teman-temanku. Dia yang tengah menikmti posisi hidupnya yang baru dengan penuh canda. Sedangkan aku berusaha sekuat tenaga melupakannya. Dia yang telah lupakan aku. Sedangkan aku masih juga tampak menjijikkan mengetik postingan semacam ini.
AKU DAN DIA BUKAN LAGI KITA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar